Di
Indonesia, kebebasan kaum hawa untuk memakai rok mini masih banyak menuai
kritikan. Rok mini dianggap kurang pantas dan tidak sesuai dengan adat
ketimuran bangsa indonesia. Tapi di luar itu semua, pernahkah terbesit di
pikiran kita? Sebenarnya semenjak kapan rok mini mulai populer sebagai salah
satu item fashion wanita di dunia?
Sejak 1958, rok semakin pendek.
Desainer dan ikon mode Inggris Mary Quant (lahir 1934) menganggap perkembangan
tersebut sebagai hal yang praktis dan membebaskan, yang memungkinkan perempuan
mampu bergerak dengan leluasa, bahkan saat mengendarai kendaraan sekalipun. Rok
mini juga dikembangkan oleh desainer Prancis André Courrèges (lahir 1923)
dan desainer Inggris John Bates (lahir 1938),sehingga ada ketidaksepakatan mengenai siapa yang memiliki ide pertama
mengenai rok mini. Namun, Mary Quant-lah yang dianggap berperan besar
mempopulerkan rok mini.
“Pada 1960-an terjadi perubahan drastis ketika Mary Quant mempopulerkan rok
mini yang memamerkan lebih banyak bagian-bagian kaki dibandingkan sebelumnya,”
tulis Helen Reynolds dalam Mode dalam Sejarah: Gaun dan Rok. “Sejak itu para
desainer mengekspos hampir setiap bagian tubuh, termasuk bagian perut. Muncul
tren pakaian serba terbuka,” lanjut Helen.
Namun, menurut David Derbyshire dalam dailymail.co.uk, 12 November 2007, asal-usul rok mini kembali ke awal
peradaban. Para arkeolog menemukan sebuah bukti, bahwa perempuan pada Zaman
Batu sudah menggunakan rok mini –bersama dengan atasan pendek dan gelang– lebih
dari 7.500 tahun yang lalu. Serangkaian patung-patung batu mengenakan busana
prasejarah digali di salah satu desa tertua di Eropa –sebuah komunitas yang
terletak antara sungai-sungai, gunung dan hutan di daerah yang sekarang selatan
Siberia.
Suku yang belum diketahui namanya itu hidup
antara 5400 dan 4700 SM di situs seluas 120 hektar yang sekarang disebut
Plocnik. Mereka telah mengenal perdagangan, kerajinan, seni dan metalurgi.
“Patung-patung yang kami temukan adalah perempuan muda yang berpakaian indah,
seperti anak perempuan mengenakan short tops dan rok mini, dengan gelang di
lengan mereka,” kata arkeolog Julka Kuzmanovic-Cvetkovic seperti dikutip oleh
David.
Sedangkan menurut situs randomhistory.com dalam tulisan “Fashion Revolution: A History of
the Miniskirt,” tahun 1960-an adalah dekade revolusi dan perubahan. Apollo 11
menjadi kapsul pertama yang mendarat di bulan, Undang-Undang Hak Sipil di
Amerika diberlakukan pada 1964, Vietnam berkecamuk, Beatle mania sedang menyapu
dunia, pil KB menekan pasar, dan kultus baru dari kaum muda, yang dikenal
sebagai “Youthquake,” dengan radikal telah mengambilalih banyak bidang kehidupan.
“Di tengah-tengah perubahan politik dan budaya yang dramatis muncul salah satu
ikon yang paling abadi dan kontroversial: rok mini.”
Pada 1960, protes-protes kaum pemuda dan
tuntutan untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan bahwa orang dewasa muda
memperoleh kesadaran diri sebagai kelompok yang berbeda dan terpadu. Yang mampu
menanggapi peristiwa politik dengan cara berbeda dari orangtua mereka.
Anak-anak muda merasa tidak lagi butuh untuk mengikuti aturan moralitas borjuis
(kelas masyarakat menengah ke atas) dan tata krama, yang mereka anggap
berstandar ganda. Karena entitas politik muda memperoleh suara, mereka
menciptakan ruang untuk busana baru dan khas yang mencerminkan pandangan
politik mereka sendiri –bukan orangtua mereka.
Kesadaran feminisme juga membuka jalan bagi cara
yang berbeda untuk perempuan. Sebagai contoh, pada 1963, Betty Friedan
menerbitkan The Feminine Mystique yang mendekonstruksi mitos ibu rumah tangga
bahagia dan menyatakan keinginan perempuan untuk mengeksplorasi peran dan
potensi mereka. Selain itu, pada 1960-an menunjukkan peningkatan perempuan
masuk universitas dan memasuki dunia kerja. Gambaran seorang perempuan mulai
bergeser secara dramatis dari seorang istri dan ibu menjadi seorang gadis, muda
lajang, riang dan bangga akan seksualitasnya dan percaya diri dengan
kekuatannya. “Rok mini akan mengungkapkan dan berfungsi sebagai alat untuk
gerakan perempuan yang sedang bertumbuh,” tulis Random History.
Seperti kebanyakan busana, rok pendek dan terus
pendek itu sudah berkembang dalam pikiran perempuan muda. Para desainer yang
mengadaptasi hanya membantu menyebarkan gaya mereka. Dan dalam kasus Mary Quant
juga, dia memberinya nama rok mini (mini skirt), setelah dia memiliki mobil
favoritnya, Mini yang diluncurkan oleh British Motor Corporation (BMC) pada
1959.
Karena posisi Mary Quant yang berpengaruh di
“Swinging London”, pusat busana dan budaya di Carnaby Street, London pada
1960-an, rok mini mampu menyebar dan menjadi sebuah tren internasional melalui
acara-acara peragaan busana. Terutama ketika model tenar Jean Shrimpton,
mengenakan rok mini tanpa stoking, topi, atau sarung tangan di Melbourne Cup
Carnival, Australia, 30 Oktober 1965.
Untuk sebagian besar, rok mini telah diterima di
dunia Barat, namun tidak semua negara dan budaya menerima rok mini. Di banyak
negara Afrika, rok mini dilihat tidak hanya sebagai pengaruh yang merusak dari
Barat tetapi juga dari dunia modern. Misalnya, di Tanzania pada tahun 1968,
seorang pelayan bar yang mengenakan rok mini dilempari batu oleh massa, dan
politisi berpendapat bahwa penyebaran HIV/AIDS akan dapat dihentikan jika
perempuan berhenti memakai rok mini.
Dalam sebuah buku yang berjudul Ali Syari'ati: Biografi Politik Intelektual
Revolusioner karya Ali Rahnema
diceritakan ketika Ali Syari’ati mengajar di Husyaimiah Irsyad, lembaga
pendidikan pengkajian Islam yang kelak menjadi wadah pembinaan kader militan
pemuda-pemuda revolusioner Iran. Irsyad tak mempermasalahkan mengenai pakaian.
Mahasiswinya dapat melenggang tanpa cadar atau kerudung kepala merupakan
masalah yang serius bagi kaum tradisionalis. Aturan berpakaian tidak ada di
Isyad dan karen itu tidak seorang pun ditolak memasuki tempat itu atas dasar
“pakaian yang tidak layak.” Namun, kaum perempuan terpisah dari kaum laki-laki
dan duduk di balkon auditorium utama.
“Fakta bahwa sebagian dari kaum perempuan muda
di kuliah Syari’ati memakai rok mini membuat marah ulama tradisional,” tulis
Ali Rahnema. Menurut mereka perempuan tanpa cadar dan kerudung apalagi rok mini
melapangkan jalan bagi kerendahan moral dan pelacuran.
Syari’ati kehilangan kesabarannya mengenai rumor
baju perempuan yang tidak pantas dan kelalaian moral. Suatu ketika setelah
kuliahnya, seseorang mendekatinya dan berkat, “Doktor Ali Syari’ati, Anda
selalu berbicara mengenai Islam, namun apakah Anda sadar mengenai fakta bahwa
para gadis yang datang ke sini dalam rok mini?”
Syari’ati meledak suaranya, “mengapa Anda
mempercakapkan omong kosong ini bagaimana pun juga jika mereka berpakaian mini
mengapa Anda menatapnya?”
Sejak 1958, rok semakin pendek.
Desainer dan ikon mode Inggris Mary Quant (lahir 1934) menganggap perkembangan
tersebut sebagai hal yang praktis dan membebaskan, yang memungkinkan perempuan
mampu bergerak dengan leluasa, bahkan saat mengendarai kendaraan sekalipun. Rok
mini juga dikembangkan oleh desainer Prancis André Courrèges (lahir 1923)
dan desainer Inggris John Bates (lahir 1938),sehingga ada ketidaksepakatan mengenai siapa yang memiliki ide pertama
mengenai rok mini. Namun, Mary Quant-lah yang dianggap berperan besar
mempopulerkan rok mini.
“Pada 1960-an terjadi perubahan drastis ketika Mary Quant mempopulerkan rok mini yang memamerkan lebih banyak bagian-bagian kaki dibandingkan sebelumnya,” tulis Helen Reynolds dalam Mode dalam Sejarah: Gaun dan Rok. “Sejak itu para desainer mengekspos hampir setiap bagian tubuh, termasuk bagian perut. Muncul tren pakaian serba terbuka,” lanjut Helen.
Namun, menurut David Derbyshire dalam dailymail.co.uk, 12 November 2007, asal-usul rok mini kembali ke awal peradaban. Para arkeolog menemukan sebuah bukti, bahwa perempuan pada Zaman Batu sudah menggunakan rok mini –bersama dengan atasan pendek dan gelang– lebih dari 7.500 tahun yang lalu. Serangkaian patung-patung batu mengenakan busana prasejarah digali di salah satu desa tertua di Eropa –sebuah komunitas yang terletak antara sungai-sungai, gunung dan hutan di daerah yang sekarang selatan Siberia.
Suku yang belum diketahui namanya itu hidup antara 5400 dan 4700 SM di situs seluas 120 hektar yang sekarang disebut Plocnik. Mereka telah mengenal perdagangan, kerajinan, seni dan metalurgi. “Patung-patung yang kami temukan adalah perempuan muda yang berpakaian indah, seperti anak perempuan mengenakan short tops dan rok mini, dengan gelang di lengan mereka,” kata arkeolog Julka Kuzmanovic-Cvetkovic seperti dikutip oleh David.
Sedangkan menurut situs randomhistory.com dalam tulisan “Fashion Revolution: A History of the Miniskirt,” tahun 1960-an adalah dekade revolusi dan perubahan. Apollo 11 menjadi kapsul pertama yang mendarat di bulan, Undang-Undang Hak Sipil di Amerika diberlakukan pada 1964, Vietnam berkecamuk, Beatle mania sedang menyapu dunia, pil KB menekan pasar, dan kultus baru dari kaum muda, yang dikenal sebagai “Youthquake,” dengan radikal telah mengambilalih banyak bidang kehidupan. “Di tengah-tengah perubahan politik dan budaya yang dramatis muncul salah satu ikon yang paling abadi dan kontroversial: rok mini.”
Pada 1960, protes-protes kaum pemuda dan tuntutan untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan bahwa orang dewasa muda memperoleh kesadaran diri sebagai kelompok yang berbeda dan terpadu. Yang mampu menanggapi peristiwa politik dengan cara berbeda dari orangtua mereka. Anak-anak muda merasa tidak lagi butuh untuk mengikuti aturan moralitas borjuis (kelas masyarakat menengah ke atas) dan tata krama, yang mereka anggap berstandar ganda. Karena entitas politik muda memperoleh suara, mereka menciptakan ruang untuk busana baru dan khas yang mencerminkan pandangan politik mereka sendiri –bukan orangtua mereka.
Kesadaran feminisme juga membuka jalan bagi cara yang berbeda untuk perempuan. Sebagai contoh, pada 1963, Betty Friedan menerbitkan The Feminine Mystique yang mendekonstruksi mitos ibu rumah tangga bahagia dan menyatakan keinginan perempuan untuk mengeksplorasi peran dan potensi mereka. Selain itu, pada 1960-an menunjukkan peningkatan perempuan masuk universitas dan memasuki dunia kerja. Gambaran seorang perempuan mulai bergeser secara dramatis dari seorang istri dan ibu menjadi seorang gadis, muda lajang, riang dan bangga akan seksualitasnya dan percaya diri dengan kekuatannya. “Rok mini akan mengungkapkan dan berfungsi sebagai alat untuk gerakan perempuan yang sedang bertumbuh,” tulis Random History.
Seperti kebanyakan busana, rok pendek dan terus pendek itu sudah berkembang dalam pikiran perempuan muda. Para desainer yang mengadaptasi hanya membantu menyebarkan gaya mereka. Dan dalam kasus Mary Quant juga, dia memberinya nama rok mini (mini skirt), setelah dia memiliki mobil favoritnya, Mini yang diluncurkan oleh British Motor Corporation (BMC) pada 1959.
Karena posisi Mary Quant yang berpengaruh di “Swinging London”, pusat busana dan budaya di Carnaby Street, London pada 1960-an, rok mini mampu menyebar dan menjadi sebuah tren internasional melalui acara-acara peragaan busana. Terutama ketika model tenar Jean Shrimpton, mengenakan rok mini tanpa stoking, topi, atau sarung tangan di Melbourne Cup Carnival, Australia, 30 Oktober 1965.
Untuk sebagian besar, rok mini telah diterima di dunia Barat, namun tidak semua negara dan budaya menerima rok mini. Di banyak negara Afrika, rok mini dilihat tidak hanya sebagai pengaruh yang merusak dari Barat tetapi juga dari dunia modern. Misalnya, di Tanzania pada tahun 1968, seorang pelayan bar yang mengenakan rok mini dilempari batu oleh massa, dan politisi berpendapat bahwa penyebaran HIV/AIDS akan dapat dihentikan jika perempuan berhenti memakai rok mini.
Dalam sebuah buku yang berjudul Ali Syari'ati: Biografi Politik Intelektual Revolusioner karya Ali Rahnema diceritakan ketika Ali Syari’ati mengajar di Husyaimiah Irsyad, lembaga pendidikan pengkajian Islam yang kelak menjadi wadah pembinaan kader militan pemuda-pemuda revolusioner Iran. Irsyad tak mempermasalahkan mengenai pakaian. Mahasiswinya dapat melenggang tanpa cadar atau kerudung kepala merupakan masalah yang serius bagi kaum tradisionalis. Aturan berpakaian tidak ada di Isyad dan karen itu tidak seorang pun ditolak memasuki tempat itu atas dasar “pakaian yang tidak layak.” Namun, kaum perempuan terpisah dari kaum laki-laki dan duduk di balkon auditorium utama.
“Fakta bahwa sebagian dari kaum perempuan muda di kuliah Syari’ati memakai rok mini membuat marah ulama tradisional,” tulis Ali Rahnema. Menurut mereka perempuan tanpa cadar dan kerudung apalagi rok mini melapangkan jalan bagi kerendahan moral dan pelacuran.
Syari’ati kehilangan kesabarannya mengenai rumor baju perempuan yang tidak pantas dan kelalaian moral. Suatu ketika setelah kuliahnya, seseorang mendekatinya dan berkat, “Doktor Ali Syari’ati, Anda selalu berbicara mengenai Islam, namun apakah Anda sadar mengenai fakta bahwa para gadis yang datang ke sini dalam rok mini?”
Syari’ati meledak suaranya, “mengapa Anda mempercakapkan omong kosong ini bagaimana pun juga jika mereka berpakaian mini mengapa Anda menatapnya?”
Sumber : Historia.co.id
Penulis : Hendri F. Isnaeni
Editor : Mariatul adawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar